Mahasiswa Rawan Stress?
by : Elita Ratini
Depresi
dan stress seringkali dianggap sama,
yaitu kondisi dimana seseorang merasa tertekan dan merasa terbebani dengan
kondisi yang ia alami. Nyatanya depresi dan stress adalah dua hal yang berbeda.
Depresi adalah kondisi terganggunya mood
dan emosional secara berkepanjangan yang melibatkan proses berpikir,
berperilaku dan berperasaan yang pada umumnya muncul karena hilangnya harapan
ataupun perasaan yang tidak berdaya (Rice
PL: 1992),
sedangkan stress adalah suatu kondisi yang menekan
keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu kesempatan dimana untuk mencapai
kesempatan tersebut terdapat batasan atau penghalang (Robbins: 2001).
Stress sendiri adalah suatu proses yang menilai suatu peristiwa sebagai suatu yang mengancam,
menantang, ataupun membahayakan dan individu merespon peristiwa itu pada level
fisiologis, emosianal, kognitif dan perilaku (Robert S. Feldman (1989)), dengan kata lain stress adalah respon tubuh yang sifatnya nonspesifik
terhadap setiap tuntutan beban atasnya.
Stress dan depresi acap kali dialami orang-orang yang sering mengalami
gejolak di lingkungan sekitar. Dalam aspek mahasiswa, menurut Archer
dan Carrol (2003), mengatakan bahwa kompetisi dan kebutuhan
untuk tampil, dapat menyebabkan stres bagi mahasiswa. Penyesuaian dalam kuliah,
kehidupan sosial dan tanggung jawab pribadi merupakan bagian tugas yang juga
menakutkan bagi mahasiswa. Kesulitan tugas pada mahasiswa dapat menjadi sumber
stres yang utama. Stress yang dialami mahasiswa adalah stress yang berpotensial
baik dalam bidang akademis maupun dalam bidang psikologisnya.
Penelitian Widuri (1995), Siswanto (2002), dan Lerik
(2004), mengungkapkan bahwa sumber stres yang biasanya dihadapi oleh
mahasiswa, yaitu; (1) tingginya tuntutan akademis, semisal
sulitnya bahan mata kuliah dan sempitnya deadline, (2) perubahan tempat tinggal yang mengharuskan hidup secara
mandiri dan mengatur biaya hidup, (3) pergantian teman baru sehingga
membutuhkan penyesuain dalam diri secara emosi, (4) perbedaan budaya dengan
tempat asal, (5) penyesuain dengan jurusan yang dipilih untuk yang sesuai atau
cocok akan merasa mudah dalam mengikuti, sedangkan yang merasa tidak
cocok akan menimbulkan masalah-masalah secara emosional, (6) mulai memikirkan
masa depan dan karir yang akan dijalani setelah lulus dari jurusan yang
dipilih.
Keadaan stress jika dibiarkan terus-menerus akan berakibat buruk,
oleh karenanya diperlukan berbagai cara untuk meredakan kondisi stress terutama
untuk mahasiswa. Selain terapi secara psikologis ternyata dengan berpikiran
positif mampu meredakan gejala stress.
Berpikir positif merupakan
suatu keterampilan kognitif yang dapat dipelajari melalui pelatihan. Pada
prinsipnya melalui pelatihan berpikir positif ini diharapkan subjek mengalami
proses pembelajaran keterampilan kognitif dalam memandang peristiwa yang
dialami. Limbert (2004) dari penelitiannya menyimpulkan bahwa berpikir positif
mempunyai peran dapat membuat individu menerima situasi yang tengah dihadapi
secara lebih positif. Dengan berpikir positif individu mampu
memupuk rasa optimis dalam menghadapi masalah yang datang baik dari dalam diri
maupun dari luar.
Rujukan
Kholidah, Enik Nur. Berpikir
Positif untuk Menurunkan Stres
Psikologis . JURNAL PSIKOLOGI VOLUME 39, NO. 1, JUNI 2012: 67 – 75 . Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada
Very Julianto, Subandi . Membaca Al Fatihah Reflektif Intuitif
untuk Menurunkan Depresi dan Meningkatkan Imunitas . JURNAL PSIKOLOGI
VOLUME 42, NO. 1, APRIL 2015: 34 – 46 . PS Psikologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Humaniora UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
No comments:
Post a Comment