KOMERSIALISASI TEKNIK CEPAT
MENGHAFAL AL-QURAN
By : Yuni Hadziqoh
Kehidupan zaman modern yang menuntut selalu bergerak cepat
membuat banyak orang menjadi tidak sabar ingin mendapatkan sesuatu. Pola pikir
kita yang sudah terbentuk untuk lebih mementingkan hasil ketimbang proses, juga
akhirnya membuat kita menanamkan prinsip “Yang penting selesai”. Inilah yang
membuat seseorang sulit untuk menjadi individu yang benar-benar berkualitas. Tak
perlu jauh-jauh, kita bisa melihat pada diri kita sendiri saat membuat makalah
atau tugas dari dosen. Sebagian besar mahasiswa membuat makalah hanya karena
memang merupakan tugas yang harus diselesaikan agar bisa lulu mata kuliah
tertentu. Tak peduli apakah makalah itu merupakan hasil kerjanya sendiri atau
hanya “copas” dari internet, lalu presentasi di depan kelas dan selesai.
Tak bisa sepenuhnya menyalahkan individu pula, karena memang
kita hidup di zaman yang serba instan dan cepat yang membuat banyak orang,
organisasi dan perusahaan mempunyai target yang banyak dalam waktu singkat demi
persaingan. Gaya hidup serba cepat ini tampaknya dimanfaatkan dengan baik oleh
beberapa pihak. Tak tanggung-tanggung, mereka melibatkan agama dalam hal ini.
Apalagi saat ini memang sedang semaraknya kata “hijrah” di banyak media sosial.
Salah satu fenomena yang saya temukan ialah adanya lembaga yang menawarkan
metode menghafal Al-Quran dalam waktu 30 hari saja dengan biaya yang cukup
mahal menurut saya.
Sebenarnya, saya sudah lama mengenal metode ini. Waktu itu
saya husnudhon saja karena memang sepengetahuan saya ada beribu macam metode dalam
menghafal Al-Quran, apalagi memang ada orang-orang yang dikaruniai kelebihan
mampu menghafal dalam waktu singkat. Tentu ini akan sangat membantu dalam
menyemarakkan tradisi menghafal Al-Quran. Terbayang juga waktu itu, betapa akan
sangat mengagumkan jika banyak generasi penerus bangsa yang hafal Al-Quran. Akan
tetapi, saya begitu tersentak saat menghadiri acara di organisasi kampus saya
kemarin. Acara tersebut merupakan sosialisasi Sekolah Tahfidz kepada para
anggotanya yang tentu saja menyinggung tentang metode dan manajemen menghafal
Al-Quran.
Saat menjelaskan beberapa peraturan di Sekolah Tahfidz,
salah satu ustadz menceritakan bahwa ada seorang mahasiswa yang mendaftar di
Sekolah Tahfidz ini yang menurut datanya ia telah hafal 30 juz. Namun saat
ditanya, ia tak mampu menjawab atau meneruskan ayat dalam Al-Quran. Setelah
ditelusuri lebih dalam, ternyata ia menghafal Al-Quran dengan metode 30 hari
dengan membayar biaya sebesar 5 juta rupiah. Terbayang oleh saya saat itu
betapa sakit hatinya mahasiswa tersebut melihat dirinya belum mampu disebut
sebagai hafidz namun telah kehilangan banyak uang.
Di sini saya tidak mau menyalahkan pihak mana pun, karena
semua pasti memiliki alasan masing-masing. Pihak lembaga penyedia layanan
menghafal Quran 30 hari tersebut mungkin memang benar memiliki metode yang
bagus. Akan tetapi sangat disayangkan bila melihat realita alumninya yang tak
mampu membaca hafalannya. Bukankah hal ini menunjukkan bahwa metode tersebut
tidak bisa diterapkan ke semua orang? Lalu mengapa dengan hasil seperti ini
mereka meminta biaya yang begitu mahal? Mengapa mereka tidak meminta biaya itu
saat sudah terbukti berhasil saja? Jika seperti ini, jangan salahkan apabila
muncul kecurigaan adanya motif
komersialisasi yang memanfaatkan sisi agama, dan memanfaatkan pola pikir
masyarakat yang serba instan. Terlepas dari adanya kemungkinan faktor
kecerobohan individu sendiri dalam menjaga hafalan, metode ini memang tidak
mampu diterapkan ke semua orang. Setiap orang memiliki karakterisitik dan
kemampuan yang berbeda-beda.
Dengan adanya fenomena ini, masyarakat hendaknya perlu
berhati-hati dan selektif dalam memilih sebuah lembaga pendidikan. Jangan hanya
tergiur iming-iming mampu menghafal Al-Quran dalam waktu satu bulan saja tanpa
melihat banyak faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam
menghafal. Bagaimanapun juga, menghafal Al-Quran adalah sebuah proses yang akan
terus berlangsung seumur hidup, di mana dalam proses itu kita dilatih untuk
bersabar dan menangkap banyak hikmah kehidupan. Jika dari awal sudah terbentuk
pola pikir bahwa menghafal Al-Quran adalah hasil, maka seseorang menjadi sulit
menikmati proses itu. Hasilnya, ia termakan iming-iming cepat menghafal Al-Quran
walau harus menghabiskan banyak uang dan belum tentu berhasil. Sah-sah saja
jika seseorang ingin cepat dalam menghafal Al-Quran, akan tetapi yang
terpenting adalah mampu menjaga hafalannya sepanjang hayatnya.
Goyang Casino Hotel - Las Vegas
ReplyDeleteGoyang Casino Hotel filmfileeurope.com is casino-roll.com the official name of the property for its goyangfc gaming 출장샵 facilities in https://tricktactoe.com/ the resort Las Vegas. The resort's gaming floor, casino, and spa are