Halo Aceh, Ke Mana Syariatmu yang Katanya Jadi Jati Dirimu?
by : Raja Ibadiyasysyakur
Halo Aceh, apa kabarmu hari ini? Apa hanya tinggal nama
dengan eksistensi ke-Islaman yang hanya menjadi omongan belaka? Atau mungkin
eksistensi yang dibanggakan ini hanya menjadi sebuah label yang menjadi
permainan orang di dalam sana. Sekarang kita diserang dengan isu pencambukkan
yang di anggap tidak menghargai kemanusiaan. Lantas apa sebenarnya arti dari
kemanusiaan itu di Aceh. Eksistensi ke-Islaman yang menjadi jati diri dan
benteng sekarang goyang bagai ditiup angin media. Perihal keagamaan yang telah
diperjuangkan sejak lama dan sekarang didapat namun tergoyahkan akan isu media.
Pencambukan di khalayak ramai dianggap tidak efektif dengan
alasan pertontonan moral yang tidak baik pada anak-anak dan menjadi pandangan
buruk pada investor yang menilai Aceh tidak memandang kemanusiaan dalan konteks
hak asasi manusia . Lantas apa itu bukan menjadi sebuah pelajaran pada generasi
supaya tidak terulang ke depannya. Membahas masalah investor, kenapa kita malu
dengan eksistensi citra keagamaan yang memang menjadi bagian dari jiwa,
seharusnya kita malu menjadi agen pungutan liar dengan dalih keamaan yang
meresahkan, jangan jadikan syariat alasan penunda sebuah kemajuan. Otonomi
khusus menjadi sebuah bukti bahwa Aceh juga punya hak atas dirinya.
Data pelanggaran syariat yang meningkat bisa saja
karena memang syariat di Aceh sedang sangat di tegakkan, namun persepsi akan
data tersebut malah disalahgunakan dengan memberitakan isu “Semakin banyak hukuman
malah semakin banyak masalah". Perlakuan yang harus d tindak ialah
perlakuan para penonton yang merekam proses pencambukan, sanksi yang didapat
oleh pelaku bukan hanya sekali, bahkan video tersebut bisa saja ditonton
berkali-kali, beredar menjadi penyelewengan isu oleh media.
Jika memang proses pencambukkan ingin dilakukan dalam lapas,
seberapa yakin hal tersebut tidak akan dimainkan oleh orang di dalamnya? Sanksi
sosial yang didapat juga tidak ada sama sekali. Lantas perjuangan ini akan
menjadi apa? Tujuan atau mungkin hanya menjadi permainan. Berfikir lebih luas
mungkin bisa menjadi evaluasi secara umum agar tidak memandang satu hal hanya
dari satu sisi saja. Pemahaman yang salah dan pemberitaan yang melebih-lebihkan
bisa saja menjadi provokator perpecahan. Mengkritik itu baik, tapi tidak harus
menjatuhkan.
Narasi di atas hanya bentuk opini, persepsi yang diciptakan
dari beberapa proses pengetahuan. Jika salah mohon di maafkan, dan jika ada
kritik dan saran silahkan sampaikan.
No comments:
Post a Comment