Wednesday, 19 September 2018


Halo Aceh, Ke Mana Syariatmu yang Katanya Jadi Jati Dirimu?
by : Raja Ibadiyasysyakur



Halo Aceh, apa kabarmu hari ini? Apa hanya tinggal nama dengan eksistensi ke-Islaman yang hanya menjadi omongan belaka? Atau mungkin eksistensi yang dibanggakan ini hanya menjadi sebuah label yang menjadi permainan orang di dalam sana. Sekarang kita diserang dengan isu pencambukkan yang di anggap tidak menghargai kemanusiaan. Lantas apa sebenarnya arti dari kemanusiaan itu di Aceh. Eksistensi ke-Islaman yang menjadi jati diri dan benteng sekarang goyang bagai ditiup angin media. Perihal keagamaan yang telah diperjuangkan sejak lama dan sekarang didapat namun tergoyahkan akan isu media.

Pencambukan di khalayak ramai dianggap tidak efektif dengan alasan pertontonan moral yang tidak baik pada anak-anak dan menjadi pandangan buruk pada investor yang menilai Aceh tidak memandang kemanusiaan dalan konteks hak asasi manusia . Lantas apa itu bukan menjadi sebuah pelajaran pada generasi supaya tidak terulang ke depannya. Membahas masalah investor, kenapa kita malu dengan eksistensi citra keagamaan yang memang menjadi bagian dari jiwa, seharusnya kita malu menjadi agen pungutan liar dengan dalih keamaan yang meresahkan, jangan jadikan syariat alasan penunda sebuah kemajuan. Otonomi khusus menjadi sebuah bukti bahwa Aceh juga punya hak atas dirinya.

Data pelanggaran syariat yang meningkat bisa saja karena memang syariat di Aceh sedang sangat di tegakkan, namun persepsi akan data tersebut malah disalahgunakan dengan memberitakan isu “Semakin banyak hukuman malah semakin banyak masalah". Perlakuan yang harus d tindak ialah perlakuan para penonton yang merekam proses pencambukan, sanksi yang didapat oleh pelaku bukan hanya sekali, bahkan video tersebut bisa saja ditonton berkali-kali, beredar menjadi penyelewengan isu oleh media.

Jika memang proses pencambukkan ingin dilakukan dalam lapas, seberapa yakin hal tersebut tidak akan dimainkan oleh orang di dalamnya? Sanksi sosial yang didapat juga tidak ada sama sekali. Lantas perjuangan ini akan menjadi apa? Tujuan atau mungkin hanya menjadi permainan. Berfikir lebih luas mungkin bisa menjadi evaluasi secara umum agar tidak memandang satu hal hanya dari satu sisi saja. Pemahaman yang salah dan pemberitaan yang melebih-lebihkan bisa saja menjadi provokator perpecahan. Mengkritik itu baik, tapi tidak harus menjatuhkan.

Narasi di atas hanya bentuk opini, persepsi yang diciptakan dari beberapa proses pengetahuan. Jika salah mohon di maafkan, dan jika ada kritik dan saran silahkan sampaikan.

No comments:

Post a Comment