PANDANGAN PSIKOANALISIS DALAM MOTIVASI PENYEBARAN BERITA HOAX
DI MEDIA SOSIAL
by : Rizki Mulyadin
“jiwa manusia
akan tetap abadi baik diusahakan maupun tidak diusahakann keabadiannya, tinggalkan kesan yang baik dan jejak abadi yang
bermanfaat dalam hidupmu walaupun tubuhmu tidak hidup di alam dunia”
Kebutuhan manusia akan berita dan informasi merupakan suatu bentuk
adaptasi terhadap lingkungan dan peristiwa sebagai respon penyesuaian dalam hidup.
Berita yang didengar ataupun dibaca menuntut setiap orang untuk mengambil sikap
dalam memberikan tanggapan ataupun menerima sebagai asumsi yang tanpa
pembuktian. Seseorang yang menulis suatu berita berusaha meyakini orang lain
dengan apa yang disajikannya sebagai fakta yang tidak diragukan. Budaya
mempengaruhi dan dipengaruhi ini sudah menjadi suatu yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia. Demi menjaga kelangsungan hidupnya, manusia
harus saling percaya satu sama lain dalam mengembangkan kerjasama. Karena
kerjasama terbentuk karena adanya kepercayaan. Orang-orang yang percaya akan
berita palsu secara tidak langsung sudah bekerja sama dengan penyebarnya karena
kepercayaan membawa pada kerja sama.
Pergeseran
makna percaya ini memberikan ruang bagi pihak yang tidak bertanggung jawab
dalam menyebarkan isu untuk mengacaukan konsep pikiran, menciptakan konflik
dalam kelompok, serta ketidaknyamanan publik. Jika belajar dari Nabi Ibrahim
as, Beliau berusaha mencari kebenaran dengan cara berpikir dan proses
pembuktian dalam menemukan Tuhan, tidak serta merta menerima apa yang dilihatnya
sebagai suatu kebenaran. Jika Nabi Ibrahim as mempercayai apa yang dilihatnya
pertama kali, maka Nabi Sulaiman sudah menyembah matahari. Disinilah perlunya
proses berpikir dan proses membuktikan dalam menganalisis masalah yang sering
terjadi.
Penyebaran
berita hoax (bohong) bukanlah sebagai masalah baru yang terjadi di
Indonesia. Berbagai macam redaksi berita baik tentang perilaku (behavior),
ucapan, dan tindakan objek yang tidak sesuai dengan fakta; yang menjadi
pembahasan dalam berita, menyebar dalam merusak nama baik objek tertentu.
Berdasarkan data Kemkominfo (Kementrian Komunikasi dan Informatika), ada
800.000 situs penyebar berita hoax dan ujaran kebencian di Indonesia
(cnn Indonesia). Hal ini sangat mengancam kesatuan masyarakat Indonesia saat
ini.
Jumlah
penduduk Indonesia pada Juli 2017 tercatat sebanyak 262 juta jiwa
(tribunjogja.com), jika jumlah tersebut dibagikan dengan situs hoax maka
akan tertera hasil 327.5 jiwa. Jadi satu situs hoax berusaha memengaruhi
327.5 orang Indonesia. Jika pertumbuhan situs semacam ini tidak dicegah, tidak
menutup kemungkinan bahwa situs hoax akan lebih banyak dari jumlah
penduduk di Indonesia atau mungkin satu orang akan dipengaruhi lebih dari satu
situs hoax setiap kalinya. Hal ini kedepannya dapat menjadikan
masyarakat tidak ilmiah dalam menerima suatu informasi yang benar, dalam artian
masyarakat akan mengkonsumsi berita palsu tanpa proses filterisasi
kebenarannya.
Kepala
Biro Penerangan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Negara Repblik Indonesia
Komisaris Besar Rikwanto melalui pesan pendek kepada wartawan, dia menjelaskan, pelaku penyebar
hoax bisa terancam pasal 28 ayat 1 Undang-Undang Informasi dan transaksi
Elektronik atau Undang-Undang ITE. Dalam pasal tersebut berbunyi, “setiap orang
yang sengaja dan atau tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan,
ancamannya bisa terkena pidana maksimal enam tahun dan denda maksimal Rp 1
miliar”. (tempo.co)
Dari
uraian di atas, dengan pertumbuhan situs hoax yang semakin bertambah walaupun
ada Undang-undang yang membatasi dan memberikan efek jera bagi pelaku, tidak
mampu meminimalisir penyebaran berita hoax. Semakin hari semakin
bertambah seakan tidak ada batasan dan hukuman akan hal itu.
Sangat menarik
sekali untuk dibahas mengapa seseorang berlomba-lomba menuliskan berita
kebohongan dan ujara kebencian walaupun secara sadar mengetahui konsekuensi
dari perbuatannya itu. Terlepas dari baik dan buruknya berita hoax ini,
ada alasan tentang keabadian jiwa manusia dalam menulis di masa hidup yang
memotivasi untuk menyebarkan berita palsu ini.
Secara motivasi dan psikoanalis, ini sedikit banyak dapat penulis
jelaskan melalui sentuhan sisi psikologis manusia dalam menulis berita hoax.
Psikoanalis
Wade et al (2016),
psikoanalisi adalah sebuah teori
kepribadian yang menekankan pada motif serta konflik tidak sadar. Freud
mengemukakan bahwa jiwa manusia memiliki tiga daerah kesadaran, yakni daerah
sadar (conscious), daerah pra-sadar (preconscious), serta daerah
tak sadar (unconscious) (Irawan, 2015: 70). Topografi kesadaran ini
digunakan untuk mendeskripsikan setiap peristiwa mental, seperti berpikir dan
berfantasi. Struktur
kesadaran tersebut diantaranya yaitu:
Daerah sadar (conscious)
berisi semua hal yang dicermati manusia pada saat tertentu. Akan tetapi, hanya
sebagian kecil saja kehidupan mental (pikiran, perasaan, persepsi, dan ingatan)
yang termasuk daerah ini. Stimulus ini hanya bertahan dalam waktu singkat di
daerah sadar, lalu segera tertekan masuk ke dalam daerah prasadar ataupun tak
sadar. (Irawan, 2015:70)
Daerah prasadar (preconscious)
menjadi jembatan penghubung antara daerah sadar dan daerah tak sadar, isi daerah prasadar berasal dari daerah
sadar dan tak sadar dengan syarat-syarat tertentu. Pengalaman yang ditinggalkan
oleh perhatian semula disadari, tetapi kemudian tidak lagi dicermati sehingga
akan ditekan masuk ke daerah prasadar. (Irawan, 2015:70)
Daerah
tak sadar (unconscious) adalah bagian paling dalam dari struktur
kesadaran. daerah ini juga menjadi bagian terpenting dari jiwa manusia.
Ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotesis, melainkan
kenyataan empiris. Daerah tak sadar berisi insting, impuls (gerak hati), drives
(dorongan
hati) yang dibawa dari lahir, serta pengalaman traumatis yang ditekan oleh
kesadaran dipindah ke daerah tak sadar. Isi daerah tak sadar memiliki
kecenderungan kuat untuk terus bertahan dalam ketidaksadaran. Pengaruh daerah
tak sadar dalam mengatur tingkah laku manusia sangat kuat, tetapi hal itu tidak
disadari. (Semiun, 2006: 55).
Kode Etik Jurnalistik
Hamzah Ya'qub, (1990:95)
etika adalah sebuah studi tentang fomiasi nilai-nilai moral dan
prinsip-prinsipbenar dan salah. Insan jumalis
mengungkapkan bahwa pers berfungsi
sebagai alat menyebarluaskan informasi, melakukan kontrol sosial konstruktif,
menyalurkan aspirasi rakyat, dan meluaskan komunikasi sosial dan pastisipasi
masyarakat. Untuk menjamin akurasi dan objektivitas dari setiap fakta yang sajikan
memerlukan buku panduan etika (Ethic Handbook) sebagai jalan mewujudkan seorang jurnalis yang profesional. Artinya,
seorang jurnalis,
khususnya wartawan,
tidak bisa lepas dari tanggung jawab etika dan moral. Wartawan wajib menjalin
hubungan baik dengan narasumber atau sumber berita (Daulay, 2008: 302).
Dengan tujuan memajukan
jurnalisme Indonesia di era kebebasan pers. Lebih jelasnya menurut Ermanto
(2005:167-168), tujuh butir kode etik wartawan Indonesia tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Wartawan
Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh inforrnasi yang benar.
2. Wartawan
Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan
informasi serta memberikan identilas kepada sumber informa
3. Wartawan
Indonesia menghormati asas praduga tak bersalah, tidak mencampurkan fakta
dengan opini, berimbang dan selalu meneliti kebenaran informasi serta tidak
melakukan plagiat.
4. Wartawan
Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban
kejahatan susila.
5. Wartawan
Indonesia tidak boleh menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi
kawartawanannya.
6. Wartawan
Indonesia memiliki hak tolak, menghargai
ketentuan embargo, informasi latar belakang dan off the record sesuai
dengan kesepakatan.
7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat kekeliruan dalam pemberitaan
serta melayani hak jawab.
Pembahasan
Kesadaran manusia akan hidup yang sementara dan mengalami kematian
membuat siapapun takut untuk menghadapinya. Ketakutan ini membuat jiwa manusia
merasa gelisah karena hakikatnya jiwa manusia itu abadi. Jiwa dalam kesadaran
(pikiran) mengendalikan dengan penuh agar meninggalkan jejak supaya tetap abadi
di dunia walaupun badan yang bersifat materi sudah tidak ada di dunia. Salah
satu yang membuat manusia abadi di dunia ialah menulis, agar tetap dikenang di dunia dan tetap kekal.
Dalam hal kepenulisan, dikenal jargon ialah “menulis adalah bekerja pada
keabadian” siapapun yang menulis akan abadi dalam kehidupan.
Semua
ilmuwan di dunia ini, termasuk ilmuwan dan tokoh Psikologi tanpa meninggalkan
jejak dalam kepenulisan tidak akan dikenal dalam kehidupan selanjutnya. Para professor maupun
doktor juga menulis
disamping kegiatannya
yang lain karena melekatnya gelar-gelar
tersebut dalam namanya tetapi ada alasan lain yang tidak terungkapkan.
Ketidaksadaran manusia mendorong agar meninggalkan jejak ketika hidup di dunia ini.
Sebagaimana dituliskan dalam kajian teori bahwa peran ketidaksadaran manusia
sangat besar dalam kehidupan namun sangat susah untuk diketahui.
Adanya
loncatan kehidupan manusia pada saat ini karena diciptakannya mesin ketik dan
mesin cetak dalam peradaban hidup manusia. Sehingga manusia seterusnya hanya
perlu mengembangkan dari apa yang sudah ditemukan orang terdahulu tanpa mencari
tahu kembali dari awal apa itu pengetahuan. Tulisan memberikan manfaat begitu
besar dalam kehidupan manusia.
Dilihat
dari perspektif psikoanalis, menulis berita ini merupakan suatu tindakan dalam daerah
kesadaran, yang menjadi kegiatan mencurahkan pikiran, perasaan serta gagasan di atas kertas.
Adanya produk menulis berita hoax (palsu) merupakan peran ketidaksadaran
dalam mendukung misi jiwa dalam keabadian. Ketika seseorang menulis sebuah
berita hoax, sekejap namanya akan dikenang dan menjadi buah bibir dalam
masyarakat akan hal itu. Dalam diri manusia, akan terjadi konflik
ketidaksadaran yang memengaruhi tatanan kesadaran dalam memproduksi suatu jejak
keabadian. Para penulis berita hoax tidak peduli apakah yang ditulis ini
sesuai dengan fakta atau dapat merusak tatanan kesatuan yang terpenting namanya (jiwa)
dikenang. Walaupun alasan ini tidak terucapkan dalam lisan, tetapi ini
merupakan peran ketidaksadaran dalam meninggalkan keabadian. Mengapa ketidaksadaran
sulit diketahui, karena ketidaksadaran selalu menginginkan keabadian dan
mengarah pada hal gaib sehingga sulit untuk diketahui oleh manusia.
Jiwa manusialah
yang akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan di hadapan sang
pencipta, yang salah satunya dalam psikoanalisis adalah ketidaksadaran yang
bersifat kasat mata (insting, dorongan, serta perjalanan hati). Dalam Islam,
orang yang abadi namanya serta amalnya apabila meninggalkan tiga hal yaitu: anak yang
sholeh, amalan jariyah, dan ilmu yang bermanfaat. Ternyata dalam Islam untuk
meninggalkan jejak dalam keabadian melalui proses kesadaran, karena dari tiga
hal di atas merupakan
produk dari kesadaran. Pada saat ketidaksadaran berperan dalam menciptakan
keabadian tidak mampu dikendalikan oleh kesadaran, maka ketidaksadaran akan
banyak menciptakan sesuatu yang negatif.
Kekejaman para
kaum komunis dapat diketahui masyarakat sekarang secara detail karena
dituliskan sejarahnya. Secara ketidaksadaran, para kaum komunis sudah
mendapatkan keabadian jiwa (nama) dalam kehidupan di dunia. Jiwa manusia selalu
mencari cara agar tetap abadi. Ketika motivasi manusia dalam bertindak buruk,
maka yang akan dikenang dikemudian hari juga merupakan keburukan.
Dapat
dikatakan bahwa para penyebar berita hoax tidak mampu mengendalikan
konflik ketidaksadarannya dalam menciptakan keabadian secara sadar (proses
berpikir) dalam mempertimbangkan konsekuensi akan hal tersebut. Yang disalahkan
bukanlah gejolak ketidaksadaran akan tetapi kemampuan manusia dalam mengolahnya
yang kurang. Peran motivasi dalam tindakan untuk meluruskan ketidaksadaran ini
dapat membantu agar tindakan tidak mengarah pada hal buruk. Pada saat tindakan
dilakukan atas motivasi meraih ridho Allah SWT, maka tidak akan ada perbuatan
yang menjauhkan diri dalam meraih ridho-Nya.
Pada
saat menulis berita hoax, seseorang tidak berpikir bagaimana untuk
mendapatkan keridhoan Allah SWT dalam perbuatannya tetapi menuruti ego yang
tidak mampu dikendallikan secara tepat. Kembali lagi yang terpenting nama
(jiwa) ini abadi bagi manusia seterusnya, tidak peduli apakah bermanfaat atau
menyatukan umat. Setiap tindakan manusia merupakan ibadah, tidak ada perbuatan
yang tidak dinilai ibadah. Namun, ketika perbuatan keluar dari sesuatu yang
sudah ditentukan maka akan mendapatkan balasan karenanya. Disinilah peran
motivasi dan kesadaran (pikiran) untuk tetap menjaga ketidaksadaran tetap dalam
koridor dan batasan yang telah ditentukan.
Seperti
sedikit banyak diuraikan di atas bahwa jiwa akan bertanggung jawab dihadapan Sang Pencipta atas
perbuatan di dunia. Jika perbuatan di dunia buruk maka jiwa akan mendapatkan siksaan atas keabadiaan
didunia yang ditempuh dengan cara yang negatif. Hal ini karena ketidakmampuan
manusia dalam mengendalikan peran ketidaksadaran.
Dalam
menciptakan keabadian dalam hal menulis, lakukanlah dengan motivasi memberikan
ilmu yang bermanfaat bagi orang lain agar jiwa kita abadi dengan cara yang
benar. Setiap dorongan ketidaksadaran harus kita lalui dengan proses kesadaran
dalam mempertimbangkan manfaat bagi orang lain. Jika tidak ada sesuatu yang
baik untuk dituliskan maka lebih baik diam dan mencari jalan lain dalam
meninggalkan jejak seperti amalan jariyah.
Pada saat kita
tidak mengetahui secara benar apa yang terjadi pada orang lain, maka jangan
mencari kesempatan untuk meninggalkan jejak dalam tulisan karena semuanya akan
dipertanggungjawabkan di kemudian hari. Budayakan masyarakat yang ilmiah yaitu masyarakat
yang menguji kebenaran dalam segala hal baik penulis dalam melihat kejadian
maupun pembacanya dalam memahami bacaan.
Dapat
disimpulkan bahwa peran ketidaksadaran dalam hidup manusia sangat besar sekali,
tetapi keberadaaan ketidaksadaran ini tidak disadari oleh manusia. Karena
ketidaksadaran ini dekat dengan sesuatu yang ghaib (kasat mata) seperti:
insting, perjalanan hati dan dorongan; sehingga hal ini bukan merupakan urusan
manusia tetapi urusan Sang Pencipta.
Para penyebar
berita hoax ialah mereka yang tidak mampu mengendalikan aktivitas
ketidaksadaran dalam hidupnya. Ketika hal ini terjadi, maka keabadian akan
diraih dengan sesuatu yang buruk seperti menyebarkan berita bohong. Menulis
berita hoax ini merupakan peran ketidaksadaran dalam meraih sesuatu yang
dikenang sepanjang hidup.
Para
penyebar berita kebencian ini tidak mempedulikan rusaknya tatanan kehidupan
dalam masyarakat karena yang terpenting hanyalah menulis untuk abadi.
Orang-orang yang seperti ini merupakan orang yang berperilaku bukan
untuk mendapatkan Ridho Allah SWT tetapi hanya untuk eksistensi yang bersifat
menipu.
Editor : Bernas Wiraning
Rujukan
Angga Purnama. “Hinga Juli 2017,
Jumlah Penduduk Indonesia Bertambah Jadi 262 Juta Jiwa Lebih”. 22 Mei 2018.
Didi Purwadi. “Ada 800.000 Situs Pentebarhoax Di Indonesia”. 22 Mei
2018.
Daulay, Hamdan. (2008). Kode Etik Jurnalistik Dan Kebebasan Pers
Di Indonesia Ditinjau Dari Perspekstif Islam. Vol. XVII, No. 2
Djamarah, S. B.
(2002). Psikologi belajar. Jakarta: rineka cipta
Irawan, E. N. (2015). Pemikiran Tokoh-Tokoh Psikologi Dari
Klasik Sampi Modern. Yogyakarta: IRCiSoD
Lubis, Mochtar.
(1978). Wartawan Dan Komitmen Perjuangan. Jakarta: Balai Pustaka
Maslow,
Abraham. (1984). Motivasi dan Kepribadian. Jakarta: PT. Gramedia
Mulya H. A. dan Indrawati E. S.
(2016) Hubungan Antara Motivasi Berprestasi Dengan Stress Akademil Pada
Mahasiswa Tingkat Pertama Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.
Jurnal Empati vol. 5 (2).
Rezki Alvionitasari. “Mabes Polri:
Penyebar Hoax Diancam Hukuman 6 Tahun Penjara”. 22 Mei 2018.
Sarwono, S. W. (2017). Pengantar
Psikologi Umum. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Wade et al. (2016). Psikologi Jilid 1. Jakarta:
Erlangga
Ya'qub, Hamzah. (1989). Publisistik Islam Sebuah Pengantar Bagi
Penulis Pemula. Bandung: Remaja Rosda karya.