MENANAMKAN NILAI-NILAI MORAL DAN AGAMA PADA ANAK USIA DINI
Oleh :
Elita Ratini

Anak merupakan cerminan dari orang tua. Anak perlu memiliki moral dan
perilaku yang baik untuk bisa diterima di lingkungan masyarakat. Selain itu,
anak merupakan generasi penerus dari keluarganya. Sebagai generasi penerus,
setiap anak perlu mendapat pendidikan yang baik sehingga potensi-potensi
dirinya dapat berkembang dengan pesat, tumbuh menjadi manusia yang memiliki
kepribadian tangguh, dan memiliki berbagai macam kemampuan serta keterampilan
yang bermanfaat. Penanaman moral dan karakter pada anak akan mencapai maksimal
pada usia dini. Pada masa itu anak akan sangat mudah dibentuk dan diatur sesuai
dengan karakter yang diinginkan oleh orang di sekitarnya. Anak usia dini
mengalami perkembangan yang paling cepat dalam berbagai aspek termasuk aspek
agama, moral, sosial, intelektual, dan emosi. Perlakuan pendidikan yang
diberikan pada usia dini diyakini akan terpateri kuat di dalam hati dan pikiran
anak yang masih jernih. Jika anak dididik dengan baik, diberi contoh yang baik,
dan dibiasakan hidup dengan nilai dan karakter yang baik, maka mereka cenderung
menjadi orang yang baik, berpikiran positif, dan berbudi mulia. Peran orang tua
sangat besar dalam membangun dasar moral dan agama bagi anak-anaknya, tetapi
peran guru dalam mengembangkan moral dan agama pada anak juga mempengaruhi
bagaimana anak akan bersikap di lingkungan sosial. Dalam Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan pendidikan
bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. (Republik Indonesia, 2003).
Lalu bagaimana mengenalkan pentingnya bermoral dan beragama pada anak
usia dini ? Pada dasarnya, anak usia dini memiliki dunia yang penuh dengan
kesenangan untuk pengembangan diri. Sebagian
besar waktunya semestinya diisi dengan belajar melalui berbagai jenis permainan
di lingkungan sekitarnya. Pada usia 0-6 tahun, anak belajar bersikap melalui
orang-orang disekitarnya terutama dari orang tua, yang mana pada usia tersebut
sangat rentan untuk membentuk karakter anak dalam berperilaku. Pada usia praoperasioanal
atau sekitar usia 2-6 tahun, anak mengenal sesuatu melalui bahasa dan yang
bersifat simbolis. Anak akan sangat mudah mengingat suatu peristiwa atau suatu
pelajaran melalui sImbol-simbol yang memudahkan mereka untuk mengingat
peristiwa dan pelajaran. Pada usia tersebut anak mudah meniru apa yang
dilakukan oleh orang dewasa disekitarnya, sehingga untuk menanamkan moral dan
perilaku yang positif pada anak, para orang tua harusnya memberi contoh yang
riil dalam berperilaku, bukan hanya dari nasehat dan larangan-larangan. Selain
moral dan perilaku positif, anak juga memerlukan moral agama yang akan sangat berpengaruh
pada kehidupan masa mendatang dan yang menentukan apakah kehadiran mereka
diterima oleh lingkungan sekitar atau mendapat penolakan.
Pentingnya penanaman moral dan agama pada anak sejak usia dini adalah
untuk menjadi filter dan benteng diri sendiri agar tidak mudah terpengaruh
hal-hal yang merusak. Ada beberapa pakar yang mengembangkan pembelajaran nilai
moral dengan tujuan membentuk watak atau karakteristik anak, salah satunya ialah
Lickona (1992). Pandangan Lickona tersebut dikenal dengan educating for character atau
pendidikan karakter/watak untuk membangun karakter atau watak anak. Dalam hal
ini, Lickona mengacu pada pemikiran filosofi Michael Novak yang berpendapat
bahwa watak atau karakter seseorang dibentuk melalui tiga kerangka pikir, yaitu
konsep moral (moral knowing), sikap
moral (moral feeling), dan prilaku
moral (moral behavior). Dengan
demikian, hasil pembentukan sikap karekter anak pun dapat dilihat dari tiga
aspek, yaitu konsep moral, sikap moral, dan perilaku moral. Melalui tiga aspek
terbebut, dapat dilihat bagaimana karakter yang dimiliki seorang anak dan
bagaiaman moral yang telah ditanamankan pada anak tersebut.
Lalu bagaimana mengenalkan agama pada anak yang masih dalam usia bermain?
Ditinjau dari tujuan pengembangan nilai agama pada diri anak, salah satu
caranya ialah dengan meletakkan dasar-dasar keimanan dengan pola takwa
kepada-Nya dan keindahan akhlak, cakap, percaya pada diri sendiri, serta
memiliki kesiapan untuk hidup di tengah-tengah dan bersama-sama dengan
masyarakat untuk menempuh kehidupan yang diridhai-Nya. Selain itu, pengenalan
agama pada anak bertujuan untuk menanamkan rasa cinta kepada-Nya, membiasakan
anak-anak untuk beribadah kepada-Nya, membiasakan perilaku anak di dasari oleh
nilai-nilai agama. Mengenalkan agama pada anak tidak harus dengan paksaan dan
harus sesuai dengan syariat. Tetapi bisa diawali dengan mengenalkan
ciptaan-ciptaan-Nya dan mengenalkan aturan-aturan Islam sesuai dengan usia
anak. Dengan membiasakan mengawali kegiatan dengan berdoa, mengenalkan kuasa
Allah. Selain pengarahan-pengarahan tersebut, anak juga memerlukan contoh yang
riil yang mendukung kegiatan anak dalam pengenalan agama.
Pengenalan agama yang salah pada anak akan menyebabkan sudut pandang yang
salah pada anak. Memaksa anak untuk beribadah dengan benar dan tepat tanpa
adanya contoh dapat mengakibatkan anak merasa bahwa agama adalah sebuah paksaan
dan mereka akan melaksanakan ibadah bukan karena kewajiban tetapi karena adanya
hukuman dari orang tua apabila si anak tidak melakukannya. Dengan mengenalkan aturan-aturan kaidah fiqih pada
anak dengan cara paksaan dan harus sama dengan semestinya, itu akan menyebabkan
anak berpikiran bahwa agama adalah peraturan yang mengekang sehingga mereka
akan mencari jalan lain untuk menghindari peraturan tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Rizki Ananda, Jurnal
Obsesi Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 Halaman
19 – 31, Implementasi Nilai-nilai
Moral dan Agama pada Anak Usia Dini ; Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
Moh. Fauziddin, Jurnal PAUD Tambusai Volume 2 Nomor 2 (2016)
Halaman 8 – 17, Pembelajaran Agama Islam
Melalui Bermain pada Ank Usia Dini (Studi Kasus di TKIT Nurul Islam Pare
Kebupaten Kediri Jawa Timur) ; STKIP
Pahlawan Tuanku Tambusai.
Slamet Suyanto, Pendidikan Karakter untuk Anak Usia Dini
; Universitas Negeri Yogyakarta.
Wawancara,
narasumber Inda Shulkah.