Tuesday, 12 June 2018


FILOSOFI HURUF KATA QUR’AN

By : Yuni Hadziqoh

       Bahasa Arab adalah bahasa Islam. Bahasa Arab adalah bahasa surga. Bahasa Arab adalah bahasa kitab suci umat Islam, al-Quran. Hadist nabi, istilah-istilah dalam fiqih maupun ilmu Islam pasti menggunakan Bahasa Arab. Tanpa memahami Bahasa Arab dengan baik dan benar kita akan sulit untuk memahami ajaran-ajaran Islam. Mengapa harus Bahasa Arab? Apa keistimewaan Bahasa Arab dibanding bahasa lain?
   Allah memilih Bahasa Arab sebagai bahasa utama umat Islam bukan tanp aalasan. Bahasa Arab memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki bahasa lain. Salah satunya adalah memiliki banyak sinonim untuk satu kata. Tahukah Anda bahwa dalam Bahasa Arab, kita bisa mendapati 21 kata sinonim untuk cahaya, 52 kata sinonim untuk kegelapan, 50 sinonim untuk awan, 64 sinonim untuk hujan, 170 sinonim untuk air dan 100 sinonim untuk jenggot serta ribuan kata lainnya. Setiap kata dalam Bahasa Arab memiliki penekanan makna berbeda walaupun bersinonim. Misalkan kata نظر berarti memandang atau melihat,  sedangkan رمق berarti melihat dengan sedikit membelalakkan mata. Bahkan terkadang huruf penyusun katanya memiliki arti tersendiri. Tak terkecuali huruf-huruf penyusun kata Quran, yaitu qof(ق),  ro’(ر),  hamzah(أ) dan nun (ن).
ق menurut Ilmu Tajwid termasuk huruf qolqolah. Qolqolah secara bahasa berarti memantul atau goncangan. Di dalam kehidupan ini, kita sebagai manusia pasti akan mengalami ujian hidup. Dengan kata lain kita mengalami goncangan di dalam hidup ini. Tidak ada manusia yang tidak diuji dan tidak mendapat masalah. Semua orang pasti akan mengalaminya. Bahkan kesedihan atau ketakutan dalam intensitas kecil pun kita bisa menyebutnya dengan istilah goncangan. Allah  memberikan goncangan kepada setiap umat manusia untuk mendidiknya dan mengujinya, terlebih kepada manusia yang beriman. Seperti yang sudah Allah beritakan di dalam al-Quran suratal-Ankabut ayat 2 yang artinya, Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami  telah beriman” dan mereka tidak diuji?
Huruf kedua yaituر  yang termasuk huruf takri rmenurut sifatnya.  Takrir berarti getaran atau bisa juga diartikan mengulang. Ujian di dalam hidup ini selalu diulang-ulang. Satu masalah selesai maka akan timbul masalah lain atau bahkan terkadang datang bersamaan.  Hidup memang penuh dengan ujian. Jika tidak ada ujian maka bukan hidup namanya, alias telah tamat riwayatnya. Ujian akan selalu hadir dalam hidup kita sampai ajal menjemput. Ujian bukan hanya soal masalah atau kesulitan. Bahagia  pun termasuk ujian. Sikap kita terhadap ujian itulah nanti yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
Huruf أ memilki sifat syiddah yang berarti kuat, tekanan. Begitu pula dengan kehidupan ini yang penuh dengan tekanan. Kita ditekan untuk bisa bertahan hidup dan menghidupi keluarga. Contoh kecil saja di dalam dunia sekolah, kita ditekan untuk belajar supaya bisa lulus ujian.  Ditekan atau dipaksa seorang rentenir untuk membayar hutang merupakan contoh kecil lain. Namun, tekanan ini bersifat subyektif, artinya setiap orang tidak sama dalam mengukur sebuah tekanan. Bisa jadi menurut si A membayar uang sekolah anaknya adalah tekanan karena ia termasuk golongan menengah ke bawah, namun menurut si B bukanlah tekanan karena ia termasuk orang yang mampu.
Yang terakhir yaitu huruf ن yang merupakan huruf idzlaq menurut sifatnya.  Idzlaq memiliki arti licin atau ringan. Filosofinya, semua goncangan, ujian dan tekanan yang selalu datang silih berganti dalam hidup kita akan terasa ringan jika diserahkan dan dipasrahkan kepada Allah.  Caranya yaitu dengan bersyukur dan bersabar. Jika kita mendapat ujian berupa kebahagiaan maka kita harus bersyukur kepada Allah, mengingat bahwa semua itu datangnya dari Allah untuk menguji kita apakah kita akan bersyukur atau malah kufur, na’udzubillah. Sedangkan jika kita mendapat musibah, ujian berupa kesulitan atau kesedihan maka kita harus bersabar. Jangan mengeluh atau bahkan menyalahkan orang lain. Hidup itu bagai roda yang selalu berputar, kadang kita berada di atas saat kita mendapat nikmat, namun kita juga bisa berada di bawah saat mendapat musibah.